Ritus Menonton Tayangan Olimpiade (bagian ke-4, penutup)

...Dari Ingatan Personal ke Kesadaran Kolektif   Setelah Seoul 1988, saya memiliki semacam ritual empat tahunan. Terlepas bahwa karena sejak kecil menyukai dan dekat dengan olahraga, pengalaman menontonnya melalui media massa sudah menjadi penanda tersendiri bagi saya.   Ada banyak hal monumental dari setiap ajang olimpiade, baik karena memang peristiwanya menjadi berita dunia atau sebatas … Continue reading Ritus Menonton Tayangan Olimpiade (bagian ke-4, penutup)

Ritus Menonton Tayangan Olimpiade (bagian ke-3)

...Buku Jurnal Olimpiade Saya pun melirik peluang ke sisi kiri rumah. Di situlah teman sebaya saya tinggal di rumah gedong di sisi kiri kontrakan, dan keluarganya kebetulan memiliki pesawat televisi. Istilah rumah gedong waktu itu merujuk pada rumah mandiri, bukan kontrakan, yang berukuran relatif luas, biasanya dengan facade membujur lebar bukan memanjang ke belakang. Lalu, … Continue reading Ritus Menonton Tayangan Olimpiade (bagian ke-3)

Ritus Menonton Tayangan Olimpiade (bagian ke-2)

...Sejak 28 Tahun Silam Saya akan mundur jauh ke ingatan 28 tahun ke belakang: Seoul 1988. Inilah kali pertama saya punya memori sebagai penonton olimpiade. Waktu itu saya masih duduk di sekolah dasar. Olimpiade yang menempatkan kota kedua di Asia sebagai tuan rumah ini menjadi penanda awal “hubungan akrab” saya dengan tayangan olimpiade. Waktu itu … Continue reading Ritus Menonton Tayangan Olimpiade (bagian ke-2)

Ritus Menonton Tayangan Olimpiade (bagian ke-1)

Demam olimpiade, demam Rio 2016. Tidak ada salahnya turut menuliskan catatan oto-etnografi saya sebagai penonton ajang kompetisi olahraga sejagad ini. Tentu saja bukan menyaksikan langsung di kota tempat perhelatannya, tetapi menonton lewat layar kaca.   Terdengar agak kemlinthi juga sebenarnya ketika saya secara manasuka menggunakan istilah “oto-etnografi” untuk mengawali tulisan ini. Maafkan (meski memang saya … Continue reading Ritus Menonton Tayangan Olimpiade (bagian ke-1)