Satu bulan terakhir, pikiran saya tidak lepas dari film. Beberapa kegiatan terakhir yang saya ikuti memang berhubungan dengan film, sebut saja di antaranya ajang pesta film Asia di Jogja, the 4th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) yang berlangsung awal Agustus lalu. Beberapa hari setelahnya, saya mendapatkan undangan workshop penulisan kritik film. Lalu, pekan lalu saya juga diminta mengisi pelatihan bagi para asisten laboratorium media mengenai penulisan data film untuk pusat dokumentasi media.
Tidak heran kalau pikiran saya pun jadi terus-menerus terhantui oleh sejumlah judul film. Terhantui di sini lebih berarti dipenuhinya pikiran dan perasaan oleh beberapa film yang masih saja melekat. Sesuatu yang asyik sebenarnya. Macam-macam penyebabnya. Bukan saja karena film-film ini bagus secara sinematis maupun aspek ceritanya, tetapi juga karena mereka ini terus menghentak di pikiran dan perasaan saya. Salah satunya adalah Slingshot Hip Hop.
Ini adalah film dokumenter tentang kultur hip hop berbahasa Arab di Palestina. Film ini menjadi film penutup dalam ajang JAFF tahun ini. Kesan utuhku atas film ini adalah: sinting!
Ya, sinting ceritanya. Dan sinting juga proses pembuatannya. Sintingnya lagi, film ini mudah dipahami oleh mayoritas penonton dari kalangan apapun. Enggak perlu berkerut amat untuk memahaminya, enggak perlu paham konteks hip hop secara utuh, kita tetap bisa menikmati – dan sekaligus berempati – terhadap film ini secara utuh. Info lengkap tentang film ini bisa klik di sini.
Tapi, tentu saja enggak mungkin puas cuma merasakan kesintingan Slingshot Hip Hop sebatas membaca info filmnya. Harus nonton sendiri filmnya baru benar-benar bisa merasakan hentakannya. Yang sinting, yang gila. Bagaimana gilanya pendudukan Israel, bagaimana rendahnya nilai manusia bagi sebagian lain yang zalim, sekaligus juga hadir gambaran bagaimana perlawanan itu bisa muncul lewat lirik dan lagu, bukan dengan senjata dan batu.
Hingga kini di kepala saya masih terus menghentak beat dan lirik Meen Erhabi? (Who’s the Terorist), salah satu hits kelompok hip hop di Palestina yang menjadi warna utama film ini. Akankah tubuh dan jiwa saya ikut menghentak juga? Seperti para hip-hopers Palestina yang terus menghentakkan kerinduan akan tanah air, serta desakan atas kemanusiaan dan keadilan. Meen Erhabi?!